
Trip Cagar Alam Anak Gunung Krakatau: Perjalanan Epik ke Jantung Gunung Berapi
Ada momen cukup lama saya tinggal di Jakarta, perusahaan mengirim saya dan beberapa kawan sekantor untuk mengisi kekosongan di kantor pusat yang baru saja didirikan. Tugas ini bukan hanya tentang pekerjaan; ia juga menjadi kesempatan untuk menjelajahi berbagai tempat dan destinasi luar biasa di sekitar ibu kota. Energi kota yang menular terasa menyenangkan, tapi yang saya dambakan sesungguhnya adalah liburan ke alam bebas—sebuah kesempatan untuk melihat keindahan alami dan liar yang menjadi ciri khas kepulauan ini.
Tak lama setelah tiba di Jakarta, seorang kawan bercerita tentang trip ke Anak Gunung Krakatau. Dia baru saja pulang, menceritakan keindahan pemandangan yang alami dan spot snorkeling yang lumayan. Sayangnya, dia bilang kuota peserta sudah penuh. Namun, ceritanya itu membakar semangat saya. Saya bertekad untuk melakukan Trip Cagar Alam Anak Gunung Krakatau sendiri. Tinggal mencari waktu yang pas dan menyesuaikannya dengan jadwal pekerjaan di kantor.
Akhirnya, saya mendapatkan paket backpacker trip ke Anak Gunung Krakatau untuk tanggal 27-29 April 2012. Perjalanan dimulai dengan janji bertemu di Pelabuhan Merak sekitar pukul 22.00. Setelah semua peserta, yang rata-rata dari Jakarta dan sekitarnya, berkumpul, kami menyeberang ke Bakauheni sekitar pukul satu pagi. Perjalanan dari Merak ke Bakauheni memakan waktu sekitar 2 hingga 2,5 jam. Karena sudah larut malam dan beberapa kawan memang kelelahan setelah menempuh perjalanan 2 jam dari Jakarta, kami tidak terlalu berminat untuk menikmati perjalanan malam itu. Saya berpikir, kalau penyeberangannya siang hari, pasti akan lebih menarik sambil menikmati pemandangan laut Selat Sunda yang memukau.

Fajar Penuh Harapan: Tiba di Gerbang Krakatau
Kami tiba di Bakauheni sekitar pukul 03.30 pagi. Dari sini, perjalanan kami menuju Cagar Alam Krakatau masih harus melewati satu jalur darat lagi. Kami harus menuju Dermaga Canti, dermaga terdekat untuk menyeberang ke wilayah Krakatau. Meskipun masih dini hari, ada banyak angkot yang bisa disewa. Perjalanan darat dari Bakauheni ke Dermaga Canti memakan waktu sekitar satu jam.
Hari masih gelap saat kami tiba di Dermaga Canti, tetapi kami semua sudah harus bangun untuk cuci muka dan mandi bagi yang mau, dilanjutkan dengan salat subuh. Dari dermaga ini, kami akan menyeberang menuju Pulau Sebesi. Pulau Sebesi adalah pulau berpenghuni yang memang ditunjuk pemerintah untuk dijadikan homestay bagi wisatawan ke Krakatau. Sambil menunggu penyeberangan ke Pulau Sebesi, kami menikmati pemandangan matahari terbit sambil sarapan pagi.
Sekitar pukul setengah tujuh pagi, kami mulai berlayar. Udara pagi terasa segar di atas perahu kayu yang melaju, menikmati hangatnya sinar mentari pagi yang cerah dan pemandangan laut yang indah dengan pulau-pulau kecil yang terlihat hijau menggunung dari kejauhan. Begitu indahnya nusantara ini, sungguh besar karunia yang telah dilimpahkan Tuhan bagi negeri kepulauan ini. Tujuan pertama dari paket backpacker ini adalah menjelajahi Pulau Sebuku Kecil yang tidak berpenghuni.
Keajaiban Bawah Laut & Refleksi Lingkungan
Saat kami menjelajahi pantai di sekitar Pulau Sebuku Kecil, saya melihat sesuatu yang sangat menyedihkan. Di sekeliling pantai, banyak sisa terumbu karang yang sudah hancur dan mengering karena sengatan matahari. Menurut pemandu lokal kami, yang juga awak perahu, terumbu karang yang tersebar di sekeliling pantai ini adalah sisa-sisa dari pengeboman ikan. Sebelum wilayah cagar alam Krakatau diresmikan, banyak sekali aktivitas penangkapan ikan ilegal di wilayah ini, salah satunya adalah penangkapan ikan dengan cara dibom. Tentu saja, hal ini menghancurkan terumbu karang dan merusak biotanya.
Hati saya merasa sedih melihat pemandangan ini. Hal itu membuat saya merenung dan membenarkan sebuah pernyataan dalam kitab suci Al-Qur’an yang kurang lebih artinya, “Sungguh telah nampak kerusakan di darat dan lautan karena ulah manusia.” Begitulah manusia dengan kerakusannya akan menghancurkan dirinya, bumi, dan seisinya. Setelah puas menjelajahi, bermain, dan berenang di tepi pantai Pulau Sebuku Kecil, kami berenang sedikit ke tengah untuk snorkeling. Di sana, pemandangan bawah lautnya terlihat lebih jelas, namun kenyataannya menyedihkan: wilayah ini telah hancur. Terumbu karang di dalamnya rusak, dan mungkin butuh berpuluh-puluh tahun lagi untuk tumbuh seperti semula. Kami hanya bisa menikmati berenang di lautan yang membiru di sekitar pulau ini. Pukul 10.00 pagi, kami melanjutkan perjalanan lagi menuju Pulau Sebesi, tempat homestay kami selama trip ke Anak Gunung Krakatau. Saya merasa sangat lelah hingga langsung tertidur tanpa sempat mandi.
Tujuan berikutnya adalah snorkeling, eksplorasi, dan menikmati matahari terbenam di Pulau Umang. Kami berangkat dari Sebesi sekitar pukul 13.30. Pemandangan bawah laut di sekitar Pulau Umang ternyata juga tidak jauh berbeda dengan yang ada di Pulau Sebuku, yang ada hanya sisa-sisa terumbu karang yang sudah hancur. Namun, berenang di laut yang jernih membiru dan menikmati suasana kepulauan di sore hari memang selalu menyenangkan dan tak terlupakan. Setelah puas berenang, kami menjelajahi Pulau Umang dan menunggu matahari terbenam. Saat senja mulai memerah, suasananya jadi benar-benar berbeda, perpaduan antara indahnya suasana alami kepulauan dan rona merah senja memikat mata. Kalian yang suka berpetualang di alam bebas pasti tidak akan asing dengan momen seperti ini, benar-benar menakjubkan.

Kami sampai di homestay di Pulau Sebesi sekitar pukul 20.00 malam, lalu mandi. Acara selanjutnya adalah membakar ikan di tepi pantai, makan malam, dan menikmati suasana malam. Yang terdengar hanya suara hewan kecil yang berisik (tapi tidak bising seperti di Jakarta) bercampur dengan suara deburan ombak tepi pantai. Semuanya terasa benar-benar menyegarkan. Sesekali dalam hidup, kalian harus menyempatkan diri untuk momen seperti ini. Sangat membantu untuk merenungi kilas balik perjalanan hidup kita di tengah kota yang penuh sesak dengan kesibukan.
Menaklukkan Puncak: Matahari Terbit di Anak Krakatau

Kami harus bangun pukul 3 pagi untuk bisa berangkat sepagi mungkin agar dapat menikmati matahari terbit di puncak Anak Gunung Krakatau. Perjalanan dari Pulau Sebesi menuju Anak Gunung Krakatau ditempuh selama satu setengah jam dengan perahu kayu bermesin. Saat kami tiba di pulaunya, kami masih harus mendaki sekitar 30 menit untuk sampai ke puncaknya. Anak Gunung Krakatau sebenarnya adalah puncak dari gunung Krakatau yang badannya berada di dasar lautan. Beruntung saat kami tiba, status Anak Gunung Krakatau sedang normal, yang berarti tidak ada aktivitas gunung berapi yang berbahaya. Dari sini, seluruh gugusan pulau yang tersebar di sekitarnya terlihat dengan jelas. Ada banyak pulau di sekitar Anak Gunung Krakatau yang berasal dari pecahan gunung tersebut karena letusan puluhan tahun bahkan jutaan tahun silam.
Menikmati matahari terbit di puncak gunung adalah pengalaman yang menakjubkan, begitu juga kami di puncak Gunung Krakatau. Matahari terbit yang berpadu dengan indahnya pemandangan laut kepulauan benar-benar sangat memanjakan mata. Perjalanan panjang yang melelahkan rasanya terbayar lunas dengan indahnya pengalaman seperti ini. Matahari terbit memberikan kehidupan bagi bumi dan seisinya; kehangatannya membangunkan seluruh penghuninya, dan kami sedang menyaksikan momen tersebut lebih dekat, benar-benar pengalaman yang tak terlupakan.
Setelah puas menikmati matahari terbit di puncak Anak Gunung Krakatau, destinasi berikutnya adalah snorkeling di Lagun Cabe. Menurut penduduk setempat, ini adalah wilayah di mana terumbu karang masih tumbuh sehat. Memang benar yang mereka katakan. Di Lagun Cabe ini, terumbu karangnya masih terlihat sehat dan saya mendapati ada kehidupan yang cukup beragam di dalamnya. Meskipun warna terumbu karangnya tidak terlalu beragam, cukup menggembirakan melihat biota laut yang hidup di sekitar terumbu karang yang tidak terusik tangan manusia. Di sini, saya sempat melihat ikan pari kecil berenang di dasar laut.
Sebuah Harapan yang Tersisa
Hari menjelang sore saat kami puas menikmati pemandangan bawah laut Lagun Cabe yang mengagumkan. Kami pulang ke Pulau Sebesi dengan perasaan puas dan saya merasa masih ada harapan untuk mengembalikan keanekaragaman kehidupan bawah laut di wilayah Cagar Alam Anak Gunung Krakatau. Harapan ini harus dijaga agar kita dapat melestarikan alam sebagaimana seharusnya lestari tanpa dirusak oleh tangan-tangan manusia. Bagaimanapun, ketergantungan pada alam tidak hanya bagi ikan-ikan di laut, tetapi juga masyarakat sekitar akan dirugikan saat lingkungan sekitarnya rusak.
Setelah menikmati pemandangan kepulauan nusantara yang indah, matahari terbit dan terbenam di pantai dan gunung, serta pemandangan bawah lautnya yang mengagumkan, setelah perjalanan 2 hari 2 malam, kami harus kembali ke Jakarta. Walaupun melelahkan, tapi tetap terasa menyenangkan. Menurut saya, pemandangan daratan dan bawah laut di daerah Cagar Alam Anak Gunung Krakatau begitu indah, dan saya sangat merekomendasikan kepada Anda yang suka menjelajah alam untuk mengunjunginya. Tak terkecuali bagi Anda yang mau relaksasi dari kesibukan kota, Anda tidak akan kecewa.
Panduan Praktis: Rute Trip Anda ke Cagar Alam Anak Gunung Krakatau
Untuk membantu Anda merencanakan petualangan Anda sendiri, berikut adalah panduan rinci rute perjalanan dari Jakarta:
- Dari Jakarta: Pergilah ke Terminal Kampung Rambutan. Dari sana, Anda bisa naik bus apa pun yang menuju Merak. Perjalanan biasanya memakan waktu sekitar 2 jam.
- Dari Pelabuhan Merak: Naik kapal penumpang yang menyeberang ke Pelabuhan Bakauheni di Lampung. Penyeberangan laut biasanya memakan waktu antara 2,5 hingga 3 jam, tergantung cuaca.
- Dari Bakauheni: Naik angkot ke Dermaga Canti. Ini adalah titik keberangkatan utama untuk perahu menuju wilayah Krakatau.
- Dari Dermaga Canti ke Pulau Sebesi: Naik perahu kayu dari Dermaga Canti ke Pulau Sebesi. Perahu ini biasanya beroperasi setiap hari dengan jadwal tetap: keberangkatan pagi dari Canti ke Sebesi dan sore dari Sebesi kembali ke Canti.
- Menjelajahi Kepulauan Krakatau: Dari Pulau Sebesi, Anda dapat menyewa perahu nelayan lokal untuk menjelajahi Cagar Alam Krakatau, termasuk Anak Gunung Krakatau dan spot snorkeling terdekat. Biaya sewa perahu biasanya sekitar Rp 500.000 untuk sehari.
Semoga perjalanan Anda menyenangkan dan tak terlupakan!
2 Comments on “Trip Cagar Alam Anak Gunung Krakatau”
Keliling Nusantara
8 Jul 2012salam kenal juga..:D
Setauku dak ada simaksinya kok, hanya memang untuk sampai ke krakatau kita harus menyewa perahu penduduk lokal, karena perahu angkutan regularnya terakhir cuma sampai di pulau sebesi, jadi dari pulau sebesinya baru sewa perahu penduduk lokal..
Gnothi Seauton
8 Jul 2012halo salam kenal 🙂
wah seru nih ceritanya :),
ohiya mau tanya, untuk masuk ke anak krakatau nya perlu mengurus simaksi dulu gak ya? terimakasih 🙂